Vaginisme merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya kondisi kejang tanpa disengaja pada otot-otot vagina, yang disebabkan karena adanya rasa takutakan penetrasi. Sebagai hasilnya, setiap tindakan usaha seperti berhubungan intim, penggunaan tampon, atau bahkan pemeriksaan ginekologi rutin pun tidak hanya menghasilkan rasa sakit saja, akan tetapi dalam istilah sebenarnya ¬ sangatlah tidak mungkin.
Jika Anda kebetulan mengalami kondisi vaginisme, ketahuilah bahwa Anda sebenarnya tidak sendiri. Hingga 7% wanita di seluruh belahan dunia menderita kondisi ini. Kondisi vaginisme sering diabaikan – didiagnosa oleh institusi kesehatan yang kurang memahami kondisi ini.
Kondisi vaginisme juga sering disalahartikan oleh kedua belah pasangan, dimana pihak wanita berpikir mereka telah bersikap tidak wajar, sementara pihak pria berpikir pasangannya kurang bersikap santai serta terlalu cemas.
Kondisi vaginisme merupakan kondisi ketakutan yang tercipta tanpa disengaja serta tidak dapat dikontrol, takut akan adanya penetrasi penis yang mengakibatkan tidak tercapainya kondisi hubungan intim bebas rasa sakit. Ketakutan tersebut sedemikian besarnya sehingga biasanya diiringi oleh rasa cemas yang berlebihan, biasanya karena segala jenis penetrasi. Bagi banyak wanita, hubungan intim tidaklah mungkin. Kondsi vaginisme ini memiliki andil pada 1 – 7% pernikahan yang putus di tengah jalan di seluruh belahan bumi ini serta menimpa pada wanita dari berbagai kebudayaan yang berbeda.
Kondisi Vaginisme Ringan hingga Parah
Sangatlah penting untuk memahami bahwa
gangguan rasa sakit saat berhubungan intim ini memiliki beberapa tingkatan. Beberapa wanita mengalami kondisi vaginisme ringan yang mengakibatkan hubungan intim dengan rasa sakit (dispareunia), dimana lainnya mengalami rasa sakit yang sedemikian parahnya sehingga hubungan intim pun penuh dengan rasa sakit atau bahkan tidak memungkinkan. Rasa sakit yang dihasilkan dari percobaan hubungan intim ini sering digambarkan seperti rasa panas, dimana lainnya merasa seperti sedang dipotong dengan pisau, lainnya lagi merasa seperti sedang digosong-gosok dengan amplas. Efek rasa sakitnya bisa bertahan hingga berjam-jam ataupun berhari-hari setelah itu.
Apakah kondisi kejang otot merupakan penyebab Kondisi Vaginisme?
Para peneliti di bidangnya masih berdebat apakah terdapat ‘kondisi kejang’ pada otot-otot. Dalam kondisi vaginisme yang ringan, mungkin tidak terdapat kondisi kejang otot, akan tetapi dalam kasus yang parah, kondisi kejang otot ini senantiasa timbul, khususnya saat membuka vagina. Biasanya para wanita dengan kondisi kejang otot yang parah akan menggambarkan hubungan intim seperti ‘menabrak tembok’ atau ‘menabrak tembok bata’.
Ketakutan dan Kecamasan; Ciri Khas Kondisi Vaginisme Parah
Saat wanita mengalami rasa sakit saat percobaan hubungan intim, mereka mulai merasa ketakutan serta bersikap antisipatif terhadap rasa sakit dengan percobaan hubungan intim yang berulang-ulang. Saat itu juga rasa cemas berlebihan muncul bahkan dengan adanya pikiran mengenai hubungan intim tersebut. Kecemasan parah ini bahkan berlanjut hingga pemeriksaan ginekologi pun dimana penetrasi menggunakan speculum pun menjadi tidak mungkin. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi vaginisme lebih daripada sekedar gangguan rasa sakit saat berhubungan intim – kondisi ini berefek pada berbagai aspek kehidupan wanita ini.
Kondisi Vaginisme: Psikologis vs Fisiologis
Kondisi vaginisme merupakan suatu hal psikologis dan juga fisiologis. Hal ini mungkin saja merupakan mekanisme pertahanan perlindungan alami terhadap rasa sakit. Tubuh cenderung melakukan pertahanan secara alami terhadap rasa sakit serta luka. Bagi para wanita dengan kondisi vaginisme, ketakutan akan penetrasi karena adanya anggapan rasa sakit ataupun rasa sakit yang sungguh-sungguh dirasakan menimbulkan refleks mengerasnya otot-otot vagina. Pada kondisi vaginisme parah, kondisi kejang otot senantiasa ditemukan pada area permukaan atau bagian lainnya dari otot vagina. Dalm hal demikian, tubuh mengatakan ‘dilarang masuk’ demi melindungi dirinya sendiri terhadap rasa sakit.
Ringkasan
Kondisi vaginisme merupakan suatu gangguan rasa sakit saat berhubungan intim yang kompleks yang mengganggu kemampuan untuk menikmati hubungan intim yang nyaman. Penyebabnya sering tidak jelas, namun manifestasinya cenderung mirip dengan kondisi otot vagina yang mengencang atau kejang otot khususnya pada otot permukaan vagina, sehingga membuat hubungan intim menjadi tidak mungkin. Kondisi ini biasanya diiringi dengan berbagai tingkat ketakutan serta kecemasan akan adanya penetrasi.
Penanganan Kondisi Vaginisme bisa berhasil, khususnya bagi kondisi vaginisme yang lebih ringan:
-
Bola Kegel dan Alat Pelebar Penggunaan berbagai jenis ukuran bola kegel dikombinasikan dengan dilator / alat pelebar membantu para wanita dengan tingkat kecemasan minimal serta membuat mereka mampu untuk menolerir berbagai jenis penetrasi.
-
Hipnoterapi berhasil dengan membiarkan pasien mengurangi tingkat kecemasannya serta melakukan penetrasi sendiri. Hal ini juga sangat membantu jika terdapat pelecehan saat masa anak-anak.
-
Terapi Seks Seks merupakan metode untuk mencapai hubungan yang lebih erat sebelum hubungan intim berlangsung. Walaupun terapi seks mungkin saja tidak berhasil pada kasus yang lebih parah, cara ini berguna untuk membantu pasien mengatasi ketakutan yeng terus-menerus akan penetrasi penis serta masalah libido yang mungkin ada.
-
Psikoterapi dirancang untuk membantu pasien mengatasi kecemasan terhadap penetrasi. CBT (terapi perilaku kognitif) sangat mendukung. Wanita dengan kondisi vaginisme yang tidak terlalu parah beraksi terhadap jenis penanganan ini.
-
Terapi Fisikcukup membantu dalam kasus kondisi vaginisme tingkat sedang dengan cara melakukan peregangan secara manual. Alat bantu pelebar sering direkomendasikan sebagai bagian dari penanganannya. Cara ini mungkin dapat digabung dengan Biofeedback untuk membantu mengurangi tekanan pada dasar area panggul.
-
Biofeedbackmengajarkan para pasien bagaimana mengurangi tekanan pada dasar panggul. Cara ini dapat berhasil pada kondisi vaginisme dengan tingkat yang tidak begitu parah, namun memerlukan penjajakan terlebih dahulu di area panggulnya yang mana akan membuat pasien dengan kondisi vaginisme tingkat parah merasa tidak nyaman.
-
Penggunaan obat anti-depresandan anti-cemas mungkin membantu, tetapi sering terdapat keluhan dari pasien akan kondisi pikiran yang berubah-ubah.
-
Konsumsi alkohol dengan takaran berlebih telah banyak digunakan oleh pasien-pasien saya yang merasa cara ini membantu mereka merasa santai saat menghadapi hubungan intim. Dikarenakan kebanyakan pasien saya tidak merokok, dan hanya minum sesekali saja, cara ini tidak membantu. Bahkan jika mereka berusaha untuk menerima penetrasi, mereka tetap memiliki tingkat kecemasan yang tinggi tanpa alkohol. Hal yang sama juga terjadi pada penggunaan obat halusinogenik. Konsumsi alkohol dengan takaran berlebih TIDAK PERNAH disarankan.
-
Himenektomi jarang dapat menyembuhkan kondisi vaginisme. Beberapa pasien saya dulu memiliki dua himenektomi. Yang kedua juga tidak membantu.
-
Vestibulektomi, dimana penjepit pada mukosa vagina diangkat melalui tindakan bedah, dilakukan pada kasus yang lebih parah serta kelihatannya berhasil. Walaupun demikian, cara ini memerlukan prosedur operasi besar dan dibutuhkan waktu enam minggu untuk penyembuhannya. Beberapa pasien tetap merasakan sakit di jaringan bekas lukanya.
-
Suntikan botok: cara ini masih diselidiki namun penyelidikan terakhir menunjukkan hasil yang menjanjikan dengan cara ini.
Ringkasan: Penanganan untuk Kondisi Vaginisme
Walaupun hanya terdapat sedikit sekali literatur yang membuktikan keampuhan berbagai penanganan di atas, pengalaman-pengalaman yang ada menunjukkan mereka dapat berhasil pada orang yang tepat. Pun saat penanganan dengan Botox digunakan bersama-sama dengan alat pelebar, pasien masih tetap memerlukan dukungan lainnya setelah dilakukan penanganannya. Beberapa pasien cukup puas serta membuat kemajuan, dimana lainnya tetap berjuang dengan ketakutannya akan penetrasi penis, masalah hubungan inter-personal serta libido yang rendah. Pasangan mereka terkadang berjuang dengan masalah disfungsi ereksi. Seorang ahli terapis sangatlah penting untuk kasus-kasus yang lebih kompleks ini demi tercapainya tujuan hubungan intim yang nyaman. Botox tanpa adanya dukungan paska penggunaannya biasanya gagal, dan inilah sebabnya mengapa kami sangat menekankan pentingnya menjaga komunikasi dengan pasien-pasien kami.