Pertanyaan Mengenai Kesuburan

Fakta-fakta Singkat Mengenai Ketidaksuburan

  • Ketidaksuburan BUKANLAH semata-mata sesuatu hal yang tidak mengenakkan; Ini merupakan suatu gangguan sistem reproduksi yang mengurangi kemampuan tubuh untuk melakukan fungsi dasar dalam hal bereproduksi.
  • Ketidaksuburan menimpa sekitar ten persenpopulasi penduduk usia subur (Sumber: National Survey of Family Growth, CDC 1995).
  • Ketidaksuburan menimpa baik pria maupun wanita.
  • Dalam banyak kasus ketidaksuburan, 85% hingga 90%ditangani menggunakan terapi medis yang konvensional seperti pemberian obat-obatan ataupun tindakan operasi.
  • Penanganan kesuburan in-vitro dan sejenisnya hanya sebanyak kurang dari 3% dari penanganan-penanganan kesuburan lainnya, namun cukup berarti bagi beberap pasien.
  1. Apa itu Ketidaksuburan?

    Ketidaksuburan merupakan gangguan sistem reproduksi yang membatasi fungsi kemampuan tubuh yang paling mendasar: pembuahan kehamilan anak. Pembuahan kehamilan merupakan suatu prosesyang kompleks yang bergantung pada berbagai banyak faktor: dalam kemampuannya untuk memproduksi sel sperma yang sehat oleh pria serta sel telur yang sehat pula oleh wanita; membuka tuba falopi yang memungkinkan sel sperma untuk mencapai sel telur; kemampuan sel sperma untuk membuahi sel telur saat mereka bertemu; kemampuan sel telur yang telah dibuahi (embrio) untuk menempel pada rahim; serta kualitas embrio yang cukup bagus.

    Hal yang terakhir, agar kehamilan dapat terjaga terus, embrio haruslah dalam keadaan sehat dan lingkungan hormon wanita juga tepat untuk perkembangannya. Jika salah satu saja dari faktor-faktor tersebut terganggu, dapat terjadi ketidaksuburan.
  2. Apa Yang Menyebabkan Ketidaksuburan?

    Tidak seorangpun yang bisa disalahkan untuk suatu ketidaksuburan lebih daripada kesalahan akan adanya kondisi penyakit gula darah ataupun leukemia pada seseorang. Secara kasarnya, kira-kira sepertiga dari kasus ketidaksuburan disebabkan karena faktor prianya, dan sekitar sepertiganya lagi menimpa wanita. Untuk sepertiga sisanya lagi dari pasangan yang tidak subur, ketidaksuburan disebabkan karena adanya beberapa masalah pada kedua pihak atau, 20% dari kasus-kasus yang ada tidak dapat dijelaskan.

    Faktor penyebab ketidaksuburan yang paling umum terjadi pada pria termasuk azoospermia (tidak adanya sel sperma yang diproduksi) serta oligospermia (hanya sedikit sel sperma yang diproduksi). Kadang-kadang, sel spermanya memiliki cacat fisik atau mereka mati sebelum dapat mencapai sel telurnya. Jarang terjadi ketidaksuburan pada pria disebabkan karena gangguan genetik seperti sistik fibrosis ataupun karena suatu ketidaknormalan dalam kromosomnya.

    Faktor penyebab ketidaksuburan yang paling umum terjadi pada wanita merupakan suatu gangguan ovulasi. Penyebab lainnya dari ketidaksuburan pada wanita termasuk tersumbatnya tuba falopi, yang dapat terjadi jika seorang wanita sebelumnya telah memiliki gangguan peradangan pada area panggul atau endometriosis (suatu kondisi yang kadang-kadang menimbulkan rasa sakit yang menyebabkan terjadinya adhesi sertakista). Kelainan sejak lahir (cacat bawaan) termasuk struktur rahim serta fibroid rahim berhubungan dengan keguguran yang terjadi berulang kali.
  3. Bagaimana Diagnosa Ketidaksuburan Dilakukan?

    Pada umumnya pasangan-pasangan disarankan untuk mendapatkan bantuan medis jika mereka tidak sanggup membuahkan kehamilan setelah hubungan intim tanpa alat kontrasepsi telah berjalan lebih dari satu tahun. Wanita di atas usia 40 tahun disarankan untuk mencari bantuan medis setelah menikah selama 6 bulan dengan melakukan hubungan intim tanpa pengaman tanpa kehamilan. Dokter akan mengadakan pemeriksaan fisik pada kedua pihak untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka pada umumnya serta untuk mengevaluasi adanya gangguan fisik penyebab ketidaksuburan. Biasanya kedua pihak akan diwawancara mengenai kebiasaan mereka dalam berhubungan intim guna mengetahui apakah hubungan intim yang mereka lakukan sudah dilakukan dengan benar untuk menghasilkan kehamilan.

    Jika pada tahap ini masih tidak diketahui penyebab ketidak suburannya, mungkin akan disarankan untuk melakukan berbagai test yang lebih spesifik. Bagi pihak wanitanya, tes-tes ini meliputi suatu analisa kadar hormon reproduksi dan ovulasinya, sinar-x terhadap tuba falopi dan rahimnya, serta laparoskopi. Bagi prianya, tes-tes awal berfokus pada analisa cairan spermanya.
  4. Bagaimana Penanganan Ketidaksuburan?

    Pada kebanyakan kasus ketidaksuburan -- 85 hingga 90 persen – ditangani dengan berbagai terapi cara lama, seperti misalnya pemberian obat-obatan atau tindakan bedah perbaikan pada organ reproduksinya.
  5. Apa sesungguhnya Kesuburan In Vitro?

    Pada pasangan yang tidak subur dimana pada wanitanya terdapat penyumbatan pada tuba falopinya ataupun sama sekali tidak ada, atau dimana prianya hanya memiliki jumlah sperma yang sedikit, penanganan kesuburan in vitro (IVF) memberikan kesempatan bagi pasangan-pasangan tersebut untuk menjadi orang tua yang hingga saat ini tidak akan mungkin memiliki harapan untuk memiliki anak ‘dengan cara yang normal’.

    Dengan penanganan IVF, sel telur biasanya diambil dari ovariumnya dengan tindakan bedah serta disatukan dengan sel sperma di luar tubuh manusia di atas cawan petri(‘in vitro’merupakan Bahasa Latin untuk ‘di gelas’). Setelah kira-kira 40 jam, sel-sel telur tersebut diperiksa untuk mengetahui apakah mereka telah dibuahi oleh sel spermanya serta dibagimenjadi beberapa sel. Sel-sel telur yang telah dibuahi ini (embrio) lalu dipindahkan ke dalam rahim, dengan demikian langsung tanpa melewati tuba falopi.

    Penanganan dengan IVF telah menarik banyak perhatian media sejak pertama kali diperkenalkan pada 1978, akan tetapi jumlahnya hanyalah sebesar kurang dari lima persen dari total keseluruhan penanganan kesuburan yang ada.
  6. Apakah Penanganan Kesuburan In Vitro Berhasil?

    Ya. Penanganan dengan IVF pertama kali diperkenalkan di Singapura pada tahun 1983. Saat ini penanganan IVF sudah mencapai 99% dari prosedur ART. Angka kelahiran dalam kondisi hidup rata-rata dengan penanganan IVF mencapai 29,9 persen per pengambilan pada tahun 2000–sedikit lebih baik daripada 20 persen keberhasilan kehamilan yang dilakukan oleh pasangan dengan fungsi reproduksi yang sehat untuk hamil serta memeliharanya hingga kelahiran.

    Keinginan untuk memiliki anak serta menjadi orang tua merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Kita tidak seharusnya mencegah mereka mendapatkan penanganan medis yang tepat untuk memenuhi tujuan ini.